Friday, July 3, 2009

(1) Dewa Prasetya

Kamu kenal dengan lelakiku?

Si pemilik wajah bulat dengan dagu belah dengan kedua lesung pipit yang nampak jelas setiap bibirnya tersenyum itu? Dengan jenggot yang seringkali tak tercukur rapi karena deadline kerjaan yang hampir-hampir membuatnya sering lupa makan itu? Dengan rambut pendek yang harus seringkali dipotong karena membuat model rambutnya menjadi tak jelas, seiring kemana angin berhembus itu? Iya. Lelaki dengan hidung tinggi dan kedua biji mata yang bercahaya sekalipun seharian memandangi layar monitor di kantornya itu?

Kamu kenal dengan lelakiku?

Lelaki yang pernah berkoar-koar pada dunia kalau dia mencintaiku dan berharap aku menjadi pelabuhan terakhir untuk biduk cintanya. Lelaki yang memujaku seolah aku adalah Bidadari dan dia amat sangat beruntung telah memiliki seseorang seperti aku. Lelaki yang membuat hati meleleh seperti es krim terpanggang sinar matahari kala terik-teriknya. Lelaki yang dalam diamnya selalu membisikkan namaku lalu tersenyum setelahnya.

Ya.

Kalau kamu belum kenal dengan lelakiku, mari kukenalkan kamu padanya. Pada seorang lelaki yang telah merebut seluruh hati dan pemikiranku setiap saat aku bersama. Pada seorang lelaki yang bahkan saat aku bersamanya, aku masih merindukannya.

Namanya Dewa.

Dan ini adalah cerita tentang dia.

***

Aku mengenal Dewa dari sahabatku, Yasmin. Foto model laris manis itulah yang memperkenalkan Dewa padaku ketika kami berdua datang ke sebuah pesta peluncuran majalah GayaBanget!, majalah Fashion terbaru di mana aku menjadi salah satu dari jajaran chief editor.

Sejak aku masih menunggu Mas Dani, hair stylist langgananku, menata rambut pendekku, Yasmin sudah ribut-ribut supaya aku tidak terlambat.

"Bukannya masih sejam lagi?" tanyaku. Suara bising salon yang sedang ramai-ramainya itu membuat aku memilih untuk menyumpal kedua telingaku dengan ear phone. "Ngapain sih, keburu-buru? Gue yang kerja di sana aja nggak belingsatan mirip cacing kepanasan.."

Dari salon ke hotel Shangri-La hanya akan memakan waktu sekitar sepuluh menit. Sekalipun aku chief editor, bukan berarti aku musti ngeribetin Event Organizer dengan nyuruh ini itu, kan? Toh, ini sudah dihandle dengan panitia, jadi aku tinggal melenggang dengan cantiknya! With my stiletto and this backless little black dress, I will be drop dead gorgeous!

"Iya, gue tauuu... Gue cuman mau ngingetin aja, kalau ntar gue mau kenalin elu sama Dewa."

"Udah yang keseribu lima ratus tiga belas kali elo bilang gitu, Yas. Asli, gue nggak budek atau amnesia," kataku sebel.

"Hihi, sori.. sori.. Gue cuman nggak pingin lo ngelewatin kesempatan ini, Jani. Gue udah gerah aja ngeliat lo jomblo keliwat bahagia gini..."

"Sialan, lo.. Ya udah, tutup teleponnya. Gue nyampe di depan muka elo setengah jam lagi, okay?"

Setelah menutup telepon itu, aku hanya tersenyum-senyum sendiri mengingat betapa hebohnya Yasmin mempromosikan Dewa, manager marketing handal yang hobi main sepak bola itu. Aku sendiri tak pernah bertanya bagaimana ceritanya sampai-sampai Yasmin bisa mengenal Dewa. Kamu akan sama herannya seperti aku saat melihat koleksi kartu nama lelaki-lelaki ganteng yang ada di dalam dompet Mango-nya. Oh, yes, Babe, lengkap dengan foto mereka yang super duper yummy! Edan.

Untuk kesekiankalinya Yasmin bilang, "Gue nggak tahan liat elu jomblo, Jani. Nggak rela gue..."

Dan untuk kesekiankalinya, Yasmin menyodorkan banyak lelaki untuk dikenalkan padaku. For the sake of friendship, aku sih mau-mau saja. Mulai dari lelaki yang hobinya mengoleksi motor Ducati sampai mengoleksi miniatur action figure, semua pernah dicomblanginya. Dari yang straight, sampai yang homo, pernah juga. "Gue kirain dia straight, Jani.. Ternyatafeeling gue salah.." Haduh, Yas! Kok bisa-bisanya elu nggak bisa ngebedain mana yang homo mana yang nggak, lha dari kaos ketatnya dan gaya melambainya aja udah jelas-jelas gay, kok!

Sekalipun aku jomblo, aku tidak se-desperate itu sampai-sampai harus kawin sama homo, kan?

Dengan pilihan-pilihan lelaki ajaib yang dikenalkan Yasmin padaku setahun belakangan ini, aku jadi penasaran dengan yang namanya Dewa Prasetya ini. Karena tidak biasanya, Yasmin bilang, "Gue musuhan sama elo kalo sampai elo nggak mau ketemu sama Dewa, Jan.."

**

"Jadi gimana, gimana?"

Yasmin sudah meneleponku, beberapa menit setelah aku masuk ke dalam mobil, memasukkan kunci, dan mulai menghidupkan AC. Pesta sudah berakhir lima menit yang lalu dan kini aku sudah berada di dalam mobil untuk kemudian segera pulang ke apartemen.

"Sabar, dong, Neng..." kataku sambil mencari-cari remote MP3 playerku yang keselip entah kemana.

"Ayolah, Jan! Cakep, kan? Baik, kan? Karirnya okay, kan? Lo liat idungnya, nggak, sih? Gilaaaa.... I will kill to have his nose!"

Entah sejak kapan sahabatku bermetamorfosis menjadi bebek cerewet yang lupa dikasih makan sama pemiliknya, tapi yang jelas, kali ini, kadar kecerewatannya sudah di luar batas normal.

"Iya, Yasmin yang cantik. Dewa itu cakep. Dewa itu baik. Karir Dewa itu sempurna. Dan hidungnya, okay, sangat, sangat mancung, nggak kayak idung jambu aer elu."

"Yeee.. di situ letak daya tarik gue, kali, Jan," kata Yasmin sewot. Haha, dia memang paling sensitif kalau sudah urusan hidung. Sudah tahu juga kalau hidung jambu airnya membawa hoki dan membuatnya beda dibandingin fotomodel yang lain, kenapa juga dia masih sesensitif itu kalau aku goda?

"Udah, deh, Yas. Gue mo dengerin musik aja, ah, daripada dengerin elo ngomel-ngomel nggak jelas."

"Eeehh... tapi ntar dulu, Boossss," kata Yasmin. "Kalian udah tukeran kartu nama, kan?"

"Iya, lah."

"Sip, deh. Gue seneng dengerinnya. Keep me updated, ya, Jan.."

"Tenang, Boss. Gue update di status Facebook aja, gimana? Biar elo bisa mantengin status gue sewaktu-waktu?"

"Janiiiii!!! Gue serius!!! Dewa is to good to be missed, you know..."

"Ya, ya, ya. Udah, ah. Besok siang gue telepon elu, okay?"

"Jelek, lu!"

"Jelekan elu!"

Aku menutup telepon dari Yasmin sambil tertawa sendiri. Aku nggak bisa membayangkan bagaimana raut wajah Yasmin kalau besok siang aku menelpon Yasmin dari sebuah restoran masakan Jepang di sebuah Mal paling hip, dengan seorang lelaki ganteng yang beberapa saat yang lalu berkata, "Besok makan siang di Sushi Tei, yuk, Jan? Ada waktu, kan?"

Ya. Yasmin bakal pipis di celana kalau aku mengangguk saat Dewa mengajakku makan siang, besok! Kapan lagi melihat foto model kenamaan yang seksi berat seperti Yasmin sedang ngompol saat pemotretan, kan? Ah, ah, sepertinya akan sangat seru kalau aku menelepon Mas Erik, fotografer pemotretan besok, supaya sempat menangkap momen berharga itu! :)

No comments:

Post a Comment