Friday, July 3, 2009

(2) Care to Try?

Tepat seperti yang sudah kubayangkan sebelumnya, Yasmin segera berteriak histeris seperti orang gila ketika besoknya aku membocorkan acara kencanku dengan Dewa Prasetya, lelaki yang ternyata tidak hanya ganteng, berhidung tinggi, dan berperilakugentle, tapi juga teman bicara yang menyenangkan. Okay. Tidak menyenangkan, sih, tapi.... SANGAT menyenangkan!

"Jadi sekarang Dewa ada sama elo, Jan?" tanyanya girang.

"Lebih tepatnya, gue lagi ijin ke toilet dan Dewa lagi nungguin di Sushi Tei..."

"Sushi Tei mana, Jan? Gue boleh gabung, nggak?"

"Edan, lu. Tugas makcomblang cuman ngenalin doang, nggak pake ikutan ngerecokin kencan!"

"Aih, aih! Jadi ini kencan, nih?"

"Ah, bawel lo," kataku. "Doain aja bakal ada kencan-kencan berikutnya, ya, Yas?"

"Duh, duh, my darleneeee... Gue bakal selametan, tumpengan, bikin bubur merah-putih, sekaligus bakar kemenyan deh, asal elo bisa jadian sama Dewa!"http://jeunglala.com/wp-includes/js/tinymce/plugins/wordpress/img/trans.gif

Aku tertawa. Selain hidung jambu airnya yang aduhai itu, salah satu ciri khas yang lain dari seorang Alodya Yasmin adalah kalimat-kalimatnya yang hiperbolis. Uh, yeah. Dia bisa bilang, "Edan, bodi gue gendut banget, sih!" Padahal, bobot tubuhnya cuman 48 kilo dengan tubuh menjulang sampai 175 senti. Atau, "Gila! Rambut gue mekar banget kayak rambut Megaloman disasak!" padahal sih, rambutnya biasa-biasa aja...

Tapi aku tahu, Yasmin adalah sahabat yang baik. Buktinya, dia care banget sama aku yang masih menjomblo dengan sangat bahagia padahal usiaku sudah menjelang tiga puluh.

"Ntar sore gue mo gangguin Dewa, ah."

"Gangguin gimana?"

"Ya, gue pengen tahu aja gimana kesan-kesan Dewa ke elo, kaleeeee... Harus dari dua sisi, Boss.. Biar kita tahu di mana letak kesalahan kencan elo.."

"Haha. Whatever deh. Silahkan jadi detektif, Yas. Ntar hasil investigasinya kita bicarain sambil makan malem di apartemen. How?"

"Masakin, ya, Jan..."

"He eh."

"Lasagna, masterpiece elo itu..."

"Iya, Yas..."

"Tapi dagingnya jangan yang berlemak, ya, Yas... Kejunya yang low fat... Susunya juga jangan yang full cream.. Terus, terus..."

"Heh! Fotomodel ganjen! Denger ya, ntar gue bakal bikinin elo lasagna yang enak banget, pake keju tebel, susu full cream, daging yang banyak lemaknya, dan ya, gue bikin dalam porsi yang TEBEL BANGET! Mau, nggak?"

"Mau, deh..."

Aku tertawa. "Elo itu gila, tau nggak?"

"Tapi elo nggak bisa hidup tanpa gue. Elo tau nggak?"

Yasmin adalah orang terdekat dalam hidupku, dalam tujuh tahun belakangan ini. Dia yang pertama kali menjadi teman satu kost ketika aku mengadu peruntungan di ibukota. Dia yang pertama kali bilang kalau tulisan-tulisanku harusnya segera menghias majalah-majalah terkenal keluaran penerbit kenamaan. Dia juga yang pertama kali mengenalkan aku pada Ibu Dewiyani, pemilik majalah LIFE! yang akhirnya memercayakan aku menangani GayaBanget!. Sejak saat itulah, hidupku berubah.

Oh, Yasmin tidak hanya mengubah hidupku menjadi seorang pemimpin redaksi sebuah majalah yang baru saja launching kemarin. Tapi dia juga telah mengubah hidupku menjadi jauh lebih berwarna.

Iya. Berwarna.

Dengan kehadiran sosok bawelnya yang membuat aku ingin bersumpah, "Amit-amit kalau kelak punya anak seperti Yasmin..."

Juga karena kehadiran seorang Dewa, lelaki yang dia kenalkan, persis ketika aku menikmati hidupku sebagai lajang yang seolah memiliki segalanya.

Aku punya apartemen, mobil mewah, pekerjaan yang luar biasa, dan teman-teman yang sangat menyenangkan. Aku memiliki semua yang diinginkan oleh gadis manapun di kampusku dulu, tapi sejak aku mengenal Dewa, aku tahu, hidupku tidak akan lengkap tanpa dia...

***

Kamu pernah dengar ungkapan ini: "Time really flies whenever you're around someone you like so much"?

Yang bila diterjemahkan secara bebas, sebebasnya, adalah seperti ini: "Waktu berlalu sangat cepat saat kamu berada di dekat orang yang sangat kamu sukai"?

Oh, well. Sepertinya aku harus segera mencari tahu siapa sosok bijak yang sudah menemukan kalimat-kalimat secantik itu, supaya aku bisa bilang padanya, "Edan, Boss! Elu emang t0p banget, deh!" Ya, ya. Cuman karena akhirnya aku mengetahui, kalau waktu memang berlalu begitu cepat setiap saat aku melewatkan waktu berdua dengan Dewa Prasetya.

Seperti hari ini.

Aku sedang menikmati tayangan Sex and The City di ruang televisi, berdua dengan Dewa yang kini terlihat asyik menyeruput Nescafe Coffeemix favoritnya. Entah kenapa, setiap saat aku melihat Dewa, mendadak perasaanku hangat seketika. Apalagi saat Dewa menatap balik ke arahku lalu melemparkan senyum lembutnya. Duh, Tuhan! Bahan apa yang Kau gunakan untuk membuat Dewa sehingga tatapannya pun membuatkukecanduan?

"Kok blushing gitu, sih, Jan?" Dewa menggodaku.

"Mana? Mana yang blushing?" aku mengelak. "Ini make up, kali..."

Dewa menyentuh pipiku dan mencubitnya pelan. Oh Tuhan, Tuhan, TUHAN. Aku bisa mencari alasan kenapa pipiku mendadak merah, tapi bagaimana aku bisa bilang ke Dewa soal detak jantung yang mendadak mirip konser dangdut ini? Iya. Dengan speaker yang disetel paling kencang!

"Kamu tuh cantik, ya, Jan?" kata Dewa tiba-tiba.

"Ha?" OK. Aku bukannya budek atau apa. Aku cuman kaget. Dan ya, aku juga ingin mendengarkan kalimat itu sekali lagi :)

"Kamu CANTIK," ulang Dewa sambil menyentuh lembut kedua pipiku. "Kamu juga baik banget. Ah, aku heran sama lelaki-lelaki yang tega ngelukain kamu, Jan."

Sebentar, sebentar.

Dia heran dengan lelaki-lelaki yang tega melukai hati aku? Dia heran. Dengan lelaki-lelaki. Yang tega. Melukai hati aku.

Emang aku pernah cerita? Setahuku, biarpun sudah dua mingguan ini aku dekat dengan Dewa, makan siang bareng, kadang bertemu untuk sarapan bubur ayam di dekat kantor, atau bilang, "Ntar aku jemput kamu aja, ya, Jan? Kamu nggak usah bawa mobil ke kantor, ya?" Lalu kami pulang bareng dan beberapa kali mampir ke warung-warung tenda yang murah meriah tapi rasanya nendang banget itu... aku tidak pernah cerita soal lelaki-lelaki yang bikin aku malas jatuh cinta. Aku nggak ingin dianggap lemah oleh siapapun, termasuk Dewa Prasetya yang selalu berhasil membuat hatiku meleleh ini.

"Aku tahu dari Yasmin, Jan..."

Gotcha! Harusnya aku nggak perlu seribet itu berpikir dari mana Dewa tahu soal lelaki-lelaki yang nyebelin itu. Siapa lagi tersangka utamanya kalau bukan Yasmin, the matchmaker yang bakal melakukan apapun caranya supaya aku dan Dewa jadian itu?

"Dia bilang apa aja, sih, Wa?"

"Nggak banyak, sih, Jan... Cuman bilang, kamu terlalu sayang untuk dilewatkan."

Dewa is too good to be missed, Jan... Huh! Kata-katanya nggak kreatif!

"Yasmin juga bilang hal yang sama soal kamu, Wa."

"Oh, ya?"

Aku mengangguk sambil membayangkan betapa bawelnya Yasmin kalau aku tahu aku bilang sama Dewa soal kalimatnya yang satu ini: "Kalau gue belum tunangan sama Marcel, nih... Udah gue embat sendiri, Boss...!" Aku masih ingin menciptakan world peace. Bikin Yasmin makin cerewet akan menjauhkanku dari usaha yang mulia tadi.

"Jadi?"

"Jadi, apa?"

"Care to try?"

"Ha?" Yap. Kali ini aku bener-bener kaget.

"Mau dicoba, nggak?"

Hey. Aku mengerti benar bahasa Inggris, nggak usah pakai diterjemahkan segala seperti menerangkan anak SD yang nggak ngerti Bahasa Inggris. Aku tuh, kaget, tauuuu...

"Apanya?" Ya, goblogku mirip anak SD yang tinggal kelas..

"Kamu. Aku. KITA."

"Kita? KITA, Wa? Maksudmu, Wa? Aku nggak ngerti..."

Tanpa banyak bicara, Dewa mendekatkan wajahnya persis di dekat wajahku dan mendaratkan kecupannya persis di ujung hidungku. Bau mulutnya yang berpadu antara kafein dan nikotin itu menusuk masuk ke hidungku dengan leluasa. Aku tak bisa berkata apa-apa. Hell, aku bahkan hampir lupa caranya bernafas!

"Aku suka kamu, Anjani. I think I want to know you more..."

Tuhan. Kalau saja aku punya universal remote control seperti di film Click!, saat ini juga aku ingin menekan tombol pause supaya aku punya waktu untuk menenangkan jantungku yang sekarang sedang bermain trampolin di dalam sana...

No comments:

Post a Comment